Sumber : http://sidomi.com/wp-content/uploads/2017/05/Screen-Shot-2017-05-15-at-9.42.00-AM-640x269.png
"Malam ini kau adalah
perempuan paling beruntung"
"Sa perempuan paling sial sesudah malam ini"
"Sa perempuan paling sial sesudah malam ini"
Percakapan
tersebut ada di babak pertama pada film ‘Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak‘
garapan sutradara Mouly Surya yang sempat mendapat penghargaan internasional di
Spanyol.
Film
yang sarat dengan nilai sosial dan kesetaraan gender ini memang sedikit
menggelitik kita mengenai stigma yang muncul di kalangan masyarakat sekarang dalam
hal memandang perempuan.
Kita
yang lahir sebagai kaum hawa memang seperti dikodratkan memiliki sikap lemah,
penurut, lembut, dan rapuh sehingga dengan mudahnya mendapat perlakuan apapun
tanpa mampu melawan atau berontak karena memang pada dasarnya kita hanya mahluk
lemah tanpa daya.
Apalagi,
kita berada dalam ketimpangan gender yang mengharuskan perempuan berada di belakang,
tidak cocok menjadi pemimpin dan harus nurut pada laki-laki. Hal ini lah yang membuat
maraknya kasus pelecehan seksual dan diskriminasi terhadap kaum hawa yang
katanya tidak akan bisa menolak dan memberontak.
'Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak' mencoba mengangkat
isu tersebut. Melalui film yang dibagi dalam empat babak, 'Perampokan Setengah
Jam Lagi', 'Perjalanan Juang Perempuan', 'Pengakuan Dosa', dan 'Kelahiran',
film ini menyuguhkan isu gender tersebut lewat komedi satir yang gelap.
Sumber : https://cdn.idntimes.com/content-images/community/2017/11/17934669-1901539476791529-8892924795063107584-n-waifu2x-art-noise1-scale-tta-1-2ed13d301840771af36e09e128e4add4.jpg
Dalam
film yang dibintangi Marsha Timothy terlihat dengan jelas
bagaimana sikap lelaki memandang rendah perempuan. Marlina dikisahkan sebagai seorang
janda yang baru saja kehilangan suaminya di datangi oleh perampok yaitu Markus dan
kawan-kawan nya.
Mereka
hendak mengambil uang dan ternak Marlina. Tidak hanya itu, Markus pun berniat
memperkosa janda yang hidup sebatang kara tersebut. Dalam selimut malam dan
awan yang pekat, sebelum Marlina diminta “melayani” Markus dan kawan-kawan maka
terlebih dahulu ia memasak sub ayam sebagai hidangan malam.
Namun,
sosok Marlina di sini ditampilkan untuk merobohkan stigma dan menghapus stereotip
perempuan lemah dan tak berdaya. Marlina tidak ingin harga dirinya
diinjak-injak dan diperlakukan semaunya oleh sekawanan perampok tersebut
sehingga dengan tekat yang bulat ia pun membunuh 4 orang kawan Markus dengan sup
ayam lewat bercampur bumbu racun.
Sumber : https://id.bookmyshow.com/blog-hiburan/wp-content/uploads/2017/11/Marlina-si-Pembunuh-dalam-Empat-Babak-BookMyShow-Indonesia-1-e1510040941725.png
Tapi,
kepala perampok yang tidur di kamar Marlina berhasil meraihnya dan memperkosanya.
Lagi-lagi, meski dirinya diperkosa (tidak merasa keenakan) menjadi kesempatan
bagi Marlina untuk menghabisi Markus. Dalam sekali tebasan, kepala dengan
rambut gondrong tersebut langsung terpelating di lantai.
Marlina ingin melaporkan kejadian tersebut di kantor polisi namun di
tengah perjalanan ia bertemu dengan Novi yang sedang hamil 10 bulan. Ia menyarankan
Marlina untuk pengakuan dosa ke Gereja. Tapi, sebagai korban pemerkosaan Marlina
merasa tidak berdosa melakukan itu dan Novi pun mendukung keputusan nya tersebut.
Dalam
dialog nya dengan Marlina, Novi tampak begitu lucu menggunakan logat Sumba
menceritakan betapa ia rindu kepada suami dan gairah seorang ibu hamil. Tapi,
perjalanan mereka dibuntuti oleh dua anak buah Markus yang masih hidup sehingga
Novi menunjukkan heroiknya dia dengan membawa dua perampok tersebut di jalan
yang salah sementara Marlin melanjutkan perjalanan naik kuda menuju kantor
polisi.
Memang,
latar dalam film ini sekaligus menunjukkan betapa sulitnya kehidupan masyarakat
di Indonesia bagian timur. Tidak hanya keadaan ekonomi yang pas-pasan tetapi
sarana dan prasarana tidak memadai. Transportasi kurang dan fasilitas umum
sulit dijangkau.
Sumber : https://cdn.brilio.net/news/2017/06/15/127471/640328-marlina-pembunuh.jpg
Ketika
sampai di kantor Polisi, Marlina menceritakan apa yang dialami oleh dirinya. Mulai
dari ternaknya yang diangkut hingga kasus pemerkosaan. Tapi, ketika ia
menceritakan ciri-ciri orang yang memperkosanya (Markus) malah ada pernyataan lucu
dari polisi tersebut. “Dia kurus, krempeng, rambutnya Panjang, umurnya sekitar
50-an” kata Marlina coba menceritakan fisik si Markus. Lalu kata polisi itu “
Kenapa kamu mau diperkosa olehnya?”.
Teman
Markus pun datang dan membawa Novi ke
rumah Marlina sehingga Marlina juga pulang dan Franz bisa membalas dendam.
Dalam malam yang pekat, Franz melakukan hal yang sama kepada Marlina yakni
memperkosanya. “Kamu suka itu kan, kamu menikmatinya,” kata Franz.
Tapi,
dibalik daun pintu terdengar suara Marlina minta tolong dan dengan sikap tegas
bak pahlawan perempuan, Novi datang mendobrak pintu dan melayangkan parang di
leher Franz. Parang tersebut di ambil oleh Marlina dan menebas hingga kepala Franz
terlantar di lantai layaknya kepala bosnya ketika dibunuh Marlina.
Sumber : https://img.duniaku.net/2017/09/1506343429-rsz_marlina.jpg
Dalam
kasus pemerkosaan, apakah kita sebagai kaum perempuan bisa memilih siapa yang
akan memperkosa kita. Kaum hawa hanya korban dari ketidakadilan yang terus
mengikuti mereka apalagi ia berasal dari keluarga miskin sehingga ia tak
dipandang apa-apa selain serpihan debu.
Bahkan
sangat jarang mendapati perempuan yang mau melawan karena ia telah dimakan oleh
stigma yang menjerat dirinya. Sangat susah untuk bisa membela diri, tapi sosok
Marlina kembali meluapkan semangat bahwa kita kaum perempuan sama dengan lelaki.
Kita punya hak yang sama dan harus diperlakukan setara juga.
Maka
perempuan, tidak ada lagi ketimpangan gender karena kita adalah sama dan tidak
perlu takut untuk membela diri. Jadilah pahlawan bagi diri sendiri dan orang
lain.
Terima
kasih Marlina, terimakasih mulai membuka mata kami untuk terus berjuang dan
tidak terperangkap dalam label “Wanita Mahluk Lemah”
Marlina, si perempuan tangguh
ReplyDelete