Setiap tanggal 21 April, Indonesia memperingati hari spesial untuk mengenang R.A Kartini sebagai pelopor pendidikan bagi perempuan masa itu. Kartini memberikan cerita baru untuk perempuan, tidak hanya harus menikmati dapur sumur kasur saja dan gelap akan pengetahuan luar. Melalui keberaniannya, kini kita dapat mengecap rasa indah menimba ilmu.
Peringatan itu dilakukan dengan berbagai cara, tergantung si penyelenggara. Ada lomba peragaan busana dengan kebaya eloknya, ada pula cerdas cermat dan lain sebagainya. Itu semua hanyalah seremonial yang terus dilakukan hingga saat ini. Tidak ada yang salah, sama sekali tidak ada.
Tetapi, dimasa sekarang ini. Era modern dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Masih adakah Kartini atau bagaimana Kartini masa kini beraksi ? Dalam tulisan ini, aku akan mengulas sepenggal kisah Kartini masa kini yang kukenal dekat tetapi mereka luar biasa. Bahkan, bisa lebih keren dari R.A Kartini yang dulu. Hal ini bisa terjadi karena perkembangan zaman sehingga banyak sesuatu yang baru untuk dikembangkan pula.
Inilah Kepingan Kisah Kartiniku Masa kini
Masa kini tidak ada lagi cerita perempuan tak tau apa-apa. Mereka memiliki juga memiliki peran yang laki-laki biasa lakukan. Berdiri sebagai pemangku kebijakan dan lain sebagainya.
Aku akan memulai kepingan cerita dari Andy Yentriyani. Aku kenal dia sejak tahun 2016, tepatnya di di workshop keberagaman. Dia aktif sebagai komisioner Komnas Perempuan hingga saat ini. Terlibat langsung juga di beberapa organisasi keberagaman. Bicara soal kemanusiaan, saya rasa Andy ada dalam barisan terdepan. Mengenalnya, mengajarkan banyak hal untukku, terutama untuk memanusiakan manusia. Meski beda usia, suku dan agama, pertemanan sudah layaknya kakak dan adik menjadikan suasana cair saat diskusi.
Kedua adalah Sri. Dia ini adalah seorang pengajar di TK Cerlang. Bisa kubilang sekolah merdeka, sekolah keberagaman. Mengajarkan menghargai perbedaan sejak dini, menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Sri juga tak mau ketinggalan untuk menyuarakan keberagaman. Bertemu dengannya, membuat hidup lebih bermakna.
Lain lagi cerita Dian Lestari, seorang jurnalis senior tapi aktif diberbagai organisasi. Selain rutinitas sebagai pengolah informasi, dia juga aktif di organisasi keberagaman. Tidak hanya itu saja, Dian juga melabuhkan diri sebagai jurnalis yang baik dan menjadi ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pontianak. Bertemu Dian Lestari, kawan diskusi yang memahami aksi nyata yang harus dilakukan.
Lain dengan mereka, Ema Rahmaniah memiliki jalurnya sendiri. Meniti karier sebagai dosen S2 di Fisip Untan, Ema sudah dibekali pendidikan hingga jenjang S3. Secara akademik, dia memang tak bisa diragukan lagi. Akan tetapi, Ema bukanlah dosen kebanyakan, tidak menghabiskan waktu untuk mengurusi proyek atau cari penghasilan tambahan dengan ilmu yang dimiliki. Dia lebih memilih menjadi dosen sekaligus aktivis dan membentuk organisasi pemerhati masyarakat perbatasan. Tidak hanya itu, dia juga melabuhkan diri tuk jadi bagian merawat keberagaman di Indonesia dan istimewa juga sebagai anggota Masyarakat Anti Hoaks dan Fitnah (Mafindo). Kiprahnya untuk terus menjaga kebaikan memang sangat banyak, dia memberikan wajah lain dari dosen dengan pendidikan tinggi tetapi mengutamakan berbakti kepada masyarakat sekitar.
Foto bersama Kak Ema setelah diskusi keberagaman |
Jika kepingan kisah diatas adalah mereka yang sudah cukup berumur, sekarang saya akan berbagi kisah untuk mereka yang seumuran denganku.
Kepiawaian berimajinasi demi menghasilkan desain yang indah dilakoni oleh Silvy dan juga Tarida Manullang. Mereka berdua adalah desain grafis handal yang pernah kukenal. Baik Tarida maupun Silvy memiliki ciri khas masing-masing tetapi melalui desain, mereka menyampaikan pendapatnya. Hasil yang tampil tak kalah dari mereka yang profesional. Mereka dapat dikepoin melalui akun instagram Tarida Manullang dan Silvy Heriyanti.
Membuat hasil karya yang indah dengan desain grafis memang tidak sembarangan orang bisa mengerjakannya. Hal serupa juga terjadi kepada mereka yang piawai menulis. Aku begitu banyak mengenal Kartini masa kini yang rajin menuliskan keresahan mereka dengan tulisan. Sekar Aprilia salah satunya. Dia sangat rutin menulis apa saja diblog pribadinya lihat disini.
Tidak hanya Sekar yang tekun menulis, Dewi Purnama juga begitu. Bahkan dia sudah menerbitkan kumpulan cerpen yang menggugah jiwa dengan judul yang langsung membuat merinding. Pelacur Itu Datang Terlambat, karya D. Purnama yang masih eksis hingga saat ini. Shella Rimang juga tak mau ketinggalan, melalui kata-kata penuh makna, dia berhasil menerbitkan kumpulan puisi dengan judul Perempuan Puisi.
Penulis Pelacur itu Datang Terlambat, D. Purnama
Masih di Kartini masa kini yang tekun menulis. Kali ini adalah seorang Sarjana Hukum yang makin idealis ketika diasingkan jauh dari ibukota provinsi. Sejak dirinya wisuda, Restiana Purwaningrum harus kembali ke kampung halamannya di Sintang. Dirinya semakin ditempa, diasah dan pemikiran makin tajam saja. Setiap keresahan tertuang dalam blog pribadi Restiana Purwaningrum dan juga kiriman di instagramnya. Banyak tulisan bagus dan mengispirasi yang telah ditelurkan. Dia semakin peka terhadap keadaan sosial dan masyarakat sekitar. Pernah tumbuh bersama di UKM yang sama, menjadikan mengenal Resti yang dulu dan sekarang, bisa jadi putus cinta juga membuatnya tumbuh semakin matang dan bijaksana.
Tadi ada beberapa orang yang tekun menulis. Kini aku ingin sedikit bercerita tentang sosok yang pantang menyerah. Tekun belajar dan ulet pula. Umi Tartilawati, meski lebih muda 2 tahun dariku tetapi sudah kuanggap seumuran, ,haha.
Pernah satu divisi di sebuah UKM kampus, sehingga aku sedikit banyak tahu tentang dirinya. Menjadi wartawan kampus membuat dia berproses dengan cepat, menuliskan informasi dengan karya jurnalistik yang indah. Perubahan dari awal hingga sekarang sangat terasa, semakin hari makin bagus saja. Umi juga adalah sosok yang bertanggungjawab sehingga sangat baik dijadikan rekan kerja.
Umi bisa dilihat lebih dekat melalui instagramnya.
Jika tadi sudah lengkap penulis dan desain grafis, rasanya kurang pas jika tak ada fotografer. Mereka adalah Inta dan Tri Urada. Keduanya kukenal dekat dan sangat pandai soal kamera.
Inta, sarjana pendidikan yang melabuhkan diri sebagai fotografer profesional hingga sering ngejob kemana-mana. Pengalamannya dekat dengan kamera sejak SMA membuat hasil jepretannya tampak istimewa. Kini, sebagai sarjana muda, Inta tak perlu capek keliling membawa surat lamaran pekerjaan, sebab pekerjaanlah yang mendatanginya. Kenal lebih dekat dengan Siti Masita atau Inta di instagramnya.
Kepingan kisah yang beragam dari Kartiniku masa kini. Sekarang kita akan melihat kisah yang sangat berbeda. Mereka adalah Yuricha dan Maya Andzela.
Yuricha, sudah 2 tahun yang lalu menyelesaikan S1 nya dan sekarang sedang dalam proses penyelesaian S2. Jika yang lain mengekpresikan diri dengan tulisan, desain grafis maupun foto, Yuricha lebih mengeksprlore kemampuannya di bidang teknologi. Kalau ada pendapat perempuan tidak bisa membuat program atau ngoding, kamu akan langsung ciut saat bertemu Yuricha. Dia juga adalah guru di SMK yang notabene jurusan jaringan dan komputer. Ilmunya semakin hari semakin bertambah dan menggunung. Hal inilah yang mengantarkan dia bisa keliling Indonesia, baik sebagai pelatih lomba untuk muridnya maupun dia sendiri yang ikut lomba. Bahkan, sejak selesai S1, Yuricha menjadi bagian keluarga Google untuk pelatihan membuat android di Pontianak. Luar biasa memang.
Berbeda dengan Yuricha, Maya Andzela melabuhkan diri menjadi bagian organisasi kepemudaan berskala internasional. Dia mengorganisir para pemuda Indonesia untuk dapat berproses bersama dan memberikan kontribusi bagi negeri ini. Tak tanggung-tanggung, program yang dijalankan merambah hingga ke negeri Sakura. Korea Selatan juga disambangi olehnya untuk menambah pengalaman dan tentunya ilmu baru. Meski sambil kuliah, Maya yang pernah dinobatkan sebagai mahasiswa berprestasi tingat Universitas ini tak pernah berhenti untuk merajut asa demi asa pemuda Indonesia.
Mengenalnya menjadikan inspirasi bagi banyak orang.
Tapi, dari semua kepingan kisah itu. Kariniku masa kini yang paling terbaik adalah Ibu. Dia yang telah jadi pahlawan terindah sepanjang masa. Kasihnya tiada tara, hatinya begitu tulus untuk menjaga dan merawatku. Menjadi sosok yang paling peduli dan berada dibarisan terdepan sebagai penjaga baik malam maupun siangku. Melalui doanya yang iklas, aku tetap sehat hingga saat ini.
Itulah kepingan kisah Kartiniku masa kini.
Apa kamu juga memiliki kisah yang menarik untuk dibagikan?
#Day6
#IsaNaumiChallenge
Whoaaa menginspirasi banget kak 😂
ReplyDeleteWuiih.. nice..
ReplyDeleteDitunggu postingan menginspirasi selanjutnya
Jabat erat untuk kartini-kartini masa kini yang berjuang dengan cara masing-masing.
ReplyDeleteGirl power, panjang umur semangat baik ❤
ReplyDeleteTerimakasih untuk Kak Isa. Kak Isa yang kuat lagi hebat. Semoga selalu menginspirasiii ❤❤❤❤
ReplyDeleteSalam manis untuk kalian yang tak hanya menghabiskan waktu di salon dan di mall saja
ReplyDeleteSangat terinspirasi utk Kartini-kartini muda.
ReplyDeleteSukses selalu, Tuhan Yesus memberkati