Cerita Seputar Tepelima Kalbar
Mei
tahun 2017 lalu menjadi catatan kelam bagi saya pribadi, karena biasanya bisa
menikmati pekan gawai dayak tanpa penjagaan ketat aparat tapi tahun itu ribuan
personel diturunkan di beberapa titik termasuk pusat pekan gawai dayak. Berita dapat di baca di link ini.
Kegelisahan
ini menyelimutiku karena aku berharap, kta dapat menjalankan hari-hari tanpa
rasa khawatir apalagi kejadian itu membuat beberapa toko harus tutup, ekonomi
lumpuh dan kitapun susah cari makan. Kejadian ini seolah melemparkanku pada
kejadian 1997 – 1999 di beberapa daerah di Kalbar. Memang, aku
tidak langsung hadir dan merasakan betapa gelap dan menyakitkan peristiwa itu,
tapi mendengar cerita saja aku pilu.
Muncul
berbagai pertanyaan, sebagai anak muda, apa yang dapat kita lakukan terutama di
akar rumput agar kejadian-kejadian pilu tersebut tidak terulang kembali. Bisa
saja karena keresahan itu, aku dibawa pada perjumpaan anak muda lintas iman dan
seksualitas. Proses delapan hari yang dikemas dengan berpikir kreatif dan
memahami persoalan hingga apa aksi nyata yang dapat kita lakukan sedikit banyak
memengaruhi apa yang akan aku lakukan. Proses itu pula yang sanggup merobohkan
tembok pembatas dengan kelompok lain.
Setelah
kembali ke Pontanak, aku dan teman seluruh Indonesia membuat satu gerakan
merawat kebebasan beragama dan berkeyakinan ala millenial melalui platform
digital. Hal ini karena Rencana Tindak Lanjut (RTL) dari kegiatan tersebut.
Hanya 3 bulan RTL berjalan dan harus kirim laporan akhir, setelah itu, kamipun
bubar. Tapi, kupikir wadah ini jangan sampai di situ saja, dengan niat dan
semangat lalu kukumpulkan teman-teman yang punya keresahan sama dan mimpi
serupa.
Kami
bertemu dan semua dari Kalbar, membuat satu forum namanya Satu dalam Perbedaan Indonesia
(SADAP INDONESIA). Waktu itu, kami hanya ada 6 orang di tahun 2018. Tak banyak
yang dikerjakan kecuali diskusi, bikin tulisan atau foto maupun video. Tapi,
setelah refleksi bersama, kami sama-sama meyakini butuh wadah berkumpul anak
muda, saling support dan berbagi semangat untuk merawat keberagaman. Terutama,
agar setiap anak muda bisa saling ngobrol dan kenal supaya tidak ada prasangka
satu sama lain.
Berkat
nekat dan semangat, akhirnya kami bikin Temu Pemuda Lintas Iman Kalbar atau
Tepelima Kalbar. Ide ini pertama kali kami cetuskan kepada Yayasan SAKA,
kemudian disambut baik. Namun, rasanya tidak mungkin kami bekerja sendiri
akhirnya kami mengajak Perhimpuna Mahasswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI)
Cabang Sungai Raya dan Pemuda Perdamaian yang juga memiliki keresahan dan mimpi
yang sama dengan SADAP INDONESIA.
Sejak
Juni 2018, kami bersama-sama merancang kegiatan yang baru pertama kali di
Kalbar ini, kami sama-sama belum mengerti karena memang belum ada yang pernah
membuat. Akhirnya, kami melakukan learning by doing agar wadah tersebut
tetap ada. Di tengah perjalanan, ada sedikit persoalan di teman-teman Pemuda
Perdamaian sehingga menarik diri untuk kegiatan ini. Tetapi, individu yang
awalnya mewakili organisasi tersebut, akhirnya tetap gabung dan menuntaskan
perjuangan untuk Tepelima Kalbar dengan semangat individu, tanpa mewakili
organisasi. Kepanitiaan tetap berlanjut, kami memang bingung harus bertanya
kepada siapa.
Untunglah,
kami punya fasilitator sekaligus teman diskusi dari Yayasan SAKA tadi, kak Andy
Yentriyani yang juga sudah sangat sering melakukan kegiatan serupa. Hanya saja,
beliau tidak ingin menyuapi kami atau memberikan barang jadi, kami harus
berpikir dan mengelola sendiri. Semua ide kami diterima agar kami benar-benar
berproses. Kami juga kenalan dengan Kak Desi dan Bang Bayu dari panitia Temu
Kebangsaan (Tembang), ada banyak masukan yang kami peroleh dari mereka.
Tidak
hanya soal membuat metode kegiatan yang cukup memusingkan, tetapi perihal dana
lebih daripada itu. Kami membuat proposal dan mengajukan permohonan bantuan ke
instansi pemerintah, hasilnya? Tak satupun menerima, semua menolak. Namun,
beruntung, ada sekitar empat lembaga non profit yang memberi bantuan kepada
kami, memang jumlahnya belum nutup semua kebutuhan tetapi tetap membantu.
Hal
lain yang kami lakukan mencari uang adalah menjadi panitia atau peserta di
kegiatan-kegiatan yang dipastikan ada uang transportnya. Kemudian, setiap
individu panitia tepelima akan menyumbangkan uang transport tersebut di
kepanitiaan. Tentu saja, menjual kaos adalah andalan utama kami karena tak
dipungkiri, sekitar 70 hingga 75 persen dana terkumpul dari jualan kaos.
Peserta
Antusias
peserta ikut acara ini sangat tinggi, sekitar 50 pendaftar terdata di link
pendaftaran. Tapi, kami hanya menampung 30 orang saja sehingga harus ada proses
seleksi. Kemudian, sudah ada 30 orang terpilih tapi yang dapat hadir di hari H
hanya 25 orang.
Dalam
kegiatan tersebut, kami mengadakan talkshow lintas agama dan suku, anak muda,
toleransi dan anti hoaks, refleksi, materi HAM, materi peta konflik di Kalbar,
pensi, outbond, pintar sosial media untuk menyebarkan keberagaman, serta
kunjungan ke rumah-rumah ibadah.
Tepat
17 November 2019 lalu, tepelima kalbar sudah berusia 1 tahun. Lantas, apa kabar
alumninya? Apa refleksi mereka setelah setahun mengikuti perjumpaan lintas iman
dan suku tersebut dan apakah tepelima menjadi wadah yang cocok bagi anak muda
untuk saling kenal dan mengelola prasangka. Untuk mendapat jawaban tersebut, saya
membuat jejak pendapat melalui google form yang diisi oleh panitia maupun
peserta.
Dari
total 35 orang peserta dan panitia, ada 18 orang yang menjawab. Dari responden
tersebut, ada 55,6 persen peserta dan 44,4 persen panitia. Namun, pertanyaan
yang diajukan sama. Adapun pertanyaannya adalah bagaimana refleksi mereka setelah mengikuti kegiatan tepelima. Rata-rata menjawab, dalam kegiatan ini lebih mengenal sesama dan ada yang pernah punya prasangka kemudian dapat terjawab ternyata tidak seperti yang diprasangkakan. Adapula yang menjawab ini adalah pertama kali bertemu dan berteman dengan lintas agama maupun suku, dia merasa ini wadah yang baik untuk saling mengenal.
Sedangkan
dalam pertanyaan, apakah ada wadah lain. Masing-masing menjawab tepelima merupakan
wadah efektif untuk anak muda saling mengenal karena di kemas dengan cara anak
muda.
Apakah
kamu mengalami perubahan perspektif setelah mengikuti kegiatan Tepelima Kalbar?
Perspektif apa yang berubah?
Dari
jawaban yang beragam tetapi mayoritas menjawab ada perspektif yang berubah
terutama soal penilaian terhadap beda suku maupun agama. Setelah berjumpa di
tepelima, yang awalnya memiliki perspektif buruk terhadap suatu kelompok namun
sekarang dapat berubah.
Akan
tetapi, dari 25 orang peserta ada 7 orang yang menjadi panitia untuk Tepelima
Kalbar ke-2 sedangkan yang lain kembali aktif di organisasi masing-masing, ada
juga yang bekerja dan menikah. Sedangkan panitia di tahun lalu, sebanyak 6
orang masih mendampingi alumni tepelima pertama untuk menjadi panitia di
tepelima kedua, tahun ini.
Tepelima
kedua akan dilaksanakan tanggal 29 November – 1 Desember 2019. Bagaimanakah hasilnya,
apa refleksi yang akan kita dapatkan setelah ini? Mari tunggu ceritanya setelah
acara.
Post a Comment
0Comments